HIDUPLAH LAYAKNYA LILIN
Manusia seringkali terlena cahaya matahari bahkan
muak akan terik matahari yang membaar tubuh ketika di bawahnya, disaat malam
haripun masi terlalu terbuai akan sorot rembulan berbiaskan kerlip bintang nan
indah akan tetapi manusia belum menyadari akan pentingnya cahaya yang telah
tuhan berikan melalui matahari dan bulan nan elok di malam hari, mereka
tersadar ketika memasuki goa (caving)
yang tanpa selobang jarumpun tertembus sang fajar dan dibawanya sebatang lilin,
entah berapa harai akan di dalam gua yang mengharuskan adanya cahaya.
Andai mereka menyadari arti lilin (cahaya) dan beranggapan
bahwa diri mereka itu lilin, Selama ini sebagian besar orang memahami lilin
sebagai simbol filosofi hidup yang sia-sia. Hanya bisa menerangi sementara
dirinya sendiri hancur. Lalu muncul statementjangan hidup seperti lilin. Aku
mungkin salah satu dari sebagian kecil orang yang mencoba memahami filosofi
lilin dengan perspektif yang berbeda?
Ada cerita tentang lilin.
Ada
empat buah lilin yang menyala, sedikit demi sedikit habis meleleh, suasana
begitu sunyi sehingga terdengar percakapan mereka.
yang pertama berkata:
Aku Adalah Damai, namun manusia
tidak bisa menjagaku, maka lebih baik aku mematikan diriku sendiri saja!!
Demikianlah
hingga sedikit demi sedikit sang lilin padam. .
yang
kedua berkata:
Aku Adalah Iman, sayang, aku
tidak berguna lagi. Manusia tidak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya
aku tetap menyala.
Begitu selesei
bicara tiupan angin memadamkannya.
Dengan sedih giliran lilin ketiga
berkata:
Aku Adalah Cinta.Tak mampu lagi aku tuk
tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka
saling membenci, bahkan membenci orang yang mencintainya, membenci keluarganya.
Tanpa
menunggu waktu lama sang lilin kemudian padam.
tanpa terduga. . Seorang anak masuk ke dalam
kamar, dan melihat ketiga lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan ia
kemudian berkata :
Eh?
apa yang terjadi?! Kalian harus tetap menyala, aku takut akan kegelapan.”
Lalu
ia menangis tersedu-sedu.
Lalu dengan terharu lilin keempat
berkata:
Jangan
takut, jangan menangis, selama aku ada dan menyala, kita dapat menyalakan
ketiga liiln lainnya. Akulah Harapan.
Dengan
mata bersinar, sang anak mengambil lilin harapan, lalu mulai menyalakan ketiga
lilin lainnya.
Apa yang tidak akan pernah mati
hanyalah harapan yang ada dalam hati kita.dan masing-masing kita semoga dapat
menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun dapat
menghidupkan kembali iman, damai, dan cinta. . Dengan harapannya. Lilin, ketika
dirinya sendiri meleleh habis terbakar setelah memancarkan cahaya menerangi
kegelapan, sesungguhnya apa yang terjadi bukanlah suatu kehancuran. Melelehnya
lilin itu pada hakikatnya adalah simbolisasi penyatuan jatidiri dengan pancaran
cahaya yang keluar dari api yang membakar dirinya sendiri, itulah yang disebut
sebagai puncak dari suatu hikmat pengorbanan yang tulus tanpa pamrih. Hanya
mereka yang mau berkorban dengan tulus tanpa pamrih seperti lilin yang akan
berhasil mencapai puncak kesadaran kosmik (pencerahan), suatu konsepsi
kesadaran yang dibutuhkan sebagai tiket menuju puncak kebahagiaan yang
dicita-citakan oleh semua ummat manusia dan bangsa-bangsa di dunia. Manusia
dalam kondisi kesadaran seperti inilah yang tercerahkan dan mampu mencerahkan
kehidupan. Menjadi pemimpin yang adil, pejabat yang taat hukum dan tidak
korupsi, ayah yang bijak, ibu yang penuh cinta dan kasih, anak yang sholeh dan
hormat pada orang tua, murid yang santun, dan seterusnya. Belajarlah hidup
seperti lilin, menerangi kegelapan dan berkorban dengan tulus tanpa pamrih.
Lilin hanyalah sesuatu yang sederhana, tetapi
mampu memberi cahaya. Hal yang perlu dipahami adalah bahwa ia akan menyinari
sekitarnya ketika dalam kegelapan. Untuk itu, ia harus terbakar, meleleh,
habis. Sayang, kemampuannya terbatas pada suatu sudut saja, bercahaya pada
titik tertentu. Namun, ketika ada sekumpulan lilin, maka suatu tempat akan
bersinar. Ketika ada lebih banyak lilin, maka daratan akan berpijar.
Kita hanyalah manusia biasa, tetapi mampu
membawa pencerahan. Kita memberi pemahaman kepada mereka yang masih belum
mengerti, bukan menggarami lautan. Untuk itu, kita harus rela menanggung sakit,
berjuang sampai habis. Satu orang mungkin mampu membawa perbaikan pada
lingkungan tertentu. Namun, ketika sekelompok orang yang berusaha, perbaikan
tersebut akan kian nyata. Ketika ada semakin banyak orang, maka perbaikan
menjadi niscaya.
Maukah
Kamu Jadi Lilin?
Lilin memang sangat bermanfaat untuk
menghadirkan keadaan terang bagi orang yang mengalami kegelapan. Lilin
juga bisa menjadi sumber api bagi yang membutuhkan. Lilin juga memberikan aneka
inspirasi dengan sinar-sinar mungilnya. Jadi, lilin secara filosofis
menunjukkan keadaan orang yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Namun
kita juga faham, lilin setelah bermanfaat bagi yang lain, dia akan hancur,
luluh lantak, dan kemanfaatannya nyaris selesai. Bahkan, sinar terangnya,
keindahannya, sumber energinya tidak memberikan kekuatan yang berlanjut bagi
dirinya sendiri. Apa artinya itu?
Lilin sepertinya mengajarkan kita untuk
memposisikan diri kita supaya bermanfaat bagi orang lain tapi dengan cara
merusak diri sendiri. Ingat juga, kisah dari Inggris bagaimana Robinhood
merampok orang-orang kaya untuk dibagikan hasilnya kepada orang-orang miskin. Tujuannya
memang baik, tapi caranya salah, dengan merusak, melanggar hukum, dan tentu
berakibat buruk secara sistem.
Menjadi lilin bukanlah pilihan yang
menyenangkan. Tapi paling tidak, menjadi lilin adalah pilihan yang gagah,
menerangi dan mencoba memberikan seberkas cahaya, meskipun cahaya itu akan
menghancurkan dirinya sendiri. Tapi bukankah untuk itu lilin itu ada dan dengan
begitu lilin itu berarti. Awal tujuan dari dibuatnya lilin itu adalah untuk
menerangi kegelapan.
Apalah artinya lilin kalau nantinya
hanya akan disimpan dan tubuhnya hancur menjadi serpihan karna patah atau
terinjak atau bahkan hancur dimakan zaman.
Mantap gan terus berkarya 👍
BalasHapuswah makasih atas suportnya mbak
BalasHapusSangat hot 😊
BalasHapusapanya yang hot bang?
Hapus